Kamis, 08 Maret 2012

Edinson Cavani Pernah Nyaris Ke West Ham United



West Ham United rupanya pernah hampir mendapatkan jasa superstar Napoli Edinson Cavani, pemain paling bersinar di Naples. Hal tersebut diungkapkan pelatih Atalanta Stefano Colantuono.

Colantuono dan Cavani pernah saling bahu membahu ketika sang pelatih masih menangani Palermo dan striker Uruguay itu masih memperkuat klub itu.

"Ketika saya mendarat di Palermo, El Matador [julukan Cavani] telah siap untuk hengkang ke West Ham karena ia ingin menimba pengalaman di Liga Primer Inggris, tetapi saya menghentikan transfer itu," kata sang pelatih seperti dilansir Tribalfootball.

"Saya telah bertemu beberapa striker dengan kualitasnya dan dengan spiritnya," tambah Colantuono.

Colantuono melihat Cavani sebagai pemain yang berbeda dari pemain lainnya karena semangat besarnya di sepakbola.



sumber : Goal.com

Selasa, 06 Maret 2012

2012/2013 Liga Inggris pakai teknologi garis gawang



Pengelola Liga Primer Inggris sedang mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi garis gawang pada musim 2012/13.

Keputusan untuk menggunakan garis gawang itu bakal dilakukan pada 2 Juli. Saat ini, pengelola Liga Primer sedang melakukan uji coba penerapan teknologi garis gawang dengan menggunakan dua sistem.
Jangan Lewatkan.

Dua sistem tersebut adalah Hawk-Eye dan GoalRef. Jika salah satu dari dua sistem tersebut dipilih, maka 20 klub Liga Primer membutuhkan waktu untuk memasang teknologi tersebut.

Liga sudah melakukan investasi pengembangan Hawk-Eye, dan mulai melakukan pembicaraan dengan GoalRef sebelum International Football Association Board (IFAB) mengambil keputusan pada Juli.

“Kami menyambut aksi yang dilakukan FIFA, dan kami akan memperkenalkan dan menerapkan [teknologi] itu secepat mungkin,” ujar direktur komunikasi Liga Primer Dan Johnson kepada AP.

Sumber : GOAL.com

'Pemain Chelsea Ikut Sebabkan AVB Dipecat'




London - Andre Villas-Boas secara mengejutkan dipecat oleh Chelsea. Ada yang menilai pengaruh kuat para pemain The Blues membuat AVB akhirnya diberhentikan.

Setelah melalui serangkaian hasil buruk, akhirnya Chelsea memutuskan kerjasama dengan Villas-Boas yang baru dimulai delapan bulan lalu. Klub asal London Barat itu hanya menuai tiga kemenangan dari 12 pertandingan terakhir di Liga Inggris.

Sudah tercecer dari persaingan merebut gelar Liga Inggris, di Liga Champions, pasukan Villas-Boas juga keteteran. Mereka terancam tak lolos ke perempatfinal karena kalah 1-3 dari Napoli di leg pertama babak 16 besar.

Prestasi buruk itulah yang akhirnya membuat Roman Abramovich kehilangan kesabaran pada pelatih muda berusia 34 tahun itu. Hasrat meraih trofi musim ini pun makin jauh dari genggaman mereka.

Tapi menurut eks pesepakbola Premier League, Robbie Savage, kepergian Villas-Boas lebih karena isu perselishihan manajer asal Portugal itu dengan para pemain senior Chelsea.

Memang musim ini isu ketidakharmonisan hubungan Villas-Boas dengan para pemainnya memang berhembus kencang. Terkhusus dengan Frank Lampard yang diberitakan kerap saling melempar kritik di antara keduanya.

Plus juga ketidaksabaran manajemen klub yang membuat Villas-Boas tertekan dan tidak mampu mengeluarkan performa terbaiknya seperti saat menangani FC Porto.

"Saya merasa prihatin dengan Villas-Boas. Para pemain dan manajemen yang harus disalahkan," tukas Savage yang saat ini bekerja menjadi pundit di BBC.

"Villas-Boas seharusnya tetap ada di sana. (Eks manajer Liverpool) Rafa Benitez sepertinya jadi prospek yang menjanjikan dan dia bisa mengeluarkan kemampuan terbaik Fernando Torres," sambungnya.

"Saya lebih menyukai sosok seperti David Moyes, dia punya pencapaian bagus di Everton dan membawa kestabilan untuk klub," tuntas Savage.




SUMBER : detikSport

Sabtu, 03 Maret 2012

Stadiun gedebage baru 45%



TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pembangunan Stadion Utama Sepak Bola (SUS) Gedebage, hingga Jumat (2/3), baru mencapai 45 persen. Namun pembangunan stadion ini diagendakan sudah selesai pada akhir 2012.
"Akhir 2012 lapangan sepak bola sudah bisa digunakan. Namun untuk pertandingan resmi belum bisa karena terkendala fasilitas parkir dan akses jalan masuk dari tol," ujar pimpinan proyek SUS Gedebage Hanif SN kepada Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda yang meninjau SUS Gedebage, Jumat (2/3).
Menurut Hanif, prose pembangunan tribun SUS Gedebage hampir selesai. Sedangkan kursi untuk penonton, baru terpasang 4.000 buah dari 38.000 buahyang direncaanakan.
"Kursi baru terpasang 20 persen," kata Hanif sambil mengatakan pemasangan tiang pancang sudah tuntas dikerjakan.
Hanif mengatakan dana yang dialokasikan sebesar Rp 300 miliar untuk pembangunan SUS Gedebage, tidak termasuk sarana parkir dan akses jalan.
"Akses jalan tol yang dibuka di KM 151 masa izinnya habis tahun 2013, itu untuk kepentingan proyek bukan untun umum," katanya.
Untuk mengejar target, ujar Hanif, pembangunan SUS Gedebage, dikerjakan 24 jam setiap harinya. "Kami tidak terganggu hujan yang hampir setiap hari turun," ujarnya.
Hanif menjamin akhir 2012, Stadion Gedebage bisa digunakan siang dan malam. Pasalnya kata Hanif, fasilitas lampu dan scoring board sudah dipasang pada akhir 2012.
Kepada kontraktor yang mengerjakan SUS Gedebage, Ayi meminta untuk tidak membuat sistem drainase yang bagus. Tujuannya, kata Ayi, agar lapangan tidak tergenang dan tetap bisa dipakai menggelar pertandingan walaupun hari hujan.
"Selain untuk mengalirkan air harus ada juga kincir air buat menyiram rumput," kata Ayi.
Ayi mengatakan sarana parkir dan jalan akses akan dibangun tahun 2013, namun biaya yang dibutuhkan untuk parkir masih dihitung.
Selain melalui jalan tol, akses masuk Stadion Gedebage juga bisa lewat Jalan Cimincrang. (tsm)

Editor: Prawira Maulana  |  Sumber: Tribun Jabar

Ronaldo ingin "kembali" ke MU



MADRID, KOMPAS.com - Penyerang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, membuat pernyataan mengejutkan. Dia ternyata tak bisa melupakan mantan klubnya, Manchester United (MU). Dia malah ingin kembali memperkuat "Setan Merah" suatu saat nanti.

Ronaldo dibeli Madrid pada awal musim 2009-10 dengan harga 80 juta pounds (sekitar Rp 1,3 triliun). Itu transfer pemain terbesar dalam sejarah sepak bola, mengalahkan rekor Zinedine Zidane. Sebelumnya, dia membela MU selama enam musim. Bersama MU, dia ikut memenangkan tiga Premier League dan satu Liga Champions.

Di Madrid, dia mulai menyatu dengan tim dan gaya permainan. Dia sudah mencetak 15 gol dari 16 pertandingan di semua kompetisi. Dua gol terakhir dia cetak ke gawang Xerez dalam lanjutan Divisi Primera, Sabtu atau Minggu (14/2) dini hari WIB. Meski betah di Madrid, dia mengaku MU masih berada di hatinya dan dia ingin kembali suatu saat nanti.

"Tentu, aku rindu bermain bersama Manchester United. Aku bermain di sana enam musim dan itu waktu yang amat lama. Aku masih sering melihat pertandingan MU. Anda tak pernah tahu, mungkin suatu saat nanti aku bisa kembali ke sana. Segalanya selalu bisa terjadi," kata Ronaldo.

"Aku ingin menghabiskan kontrak bersama Madrid. Di masa datang, hanya Tuhan yang tahu. Bukan berarti aku tak bahagia di Madrid. Sebaliknya aku malah sangat bahagia. Tapi, tak bisa kupungkiri aku sering merindukan Manchester United, manajernya (Alex Ferguson), dan para pemainnya. Sebab, saya sama saja telah meninggalkan keluarga di sana," tambahnya.

Ronaldo sebelumnya pemain klub Portugal, Sporting Lisbon. Dia dibawa Alex Ferguson ke Mu saat usianya baru 18 tahun pada 2003 dengan nilai transfer 12,24 pounds (sekitar Rp 179,2 miliar). Ronaldo langsung berkembang menjadi pemain hebat bersama "Setan Merah". (NOTW)

MU incar pemain kembar lagi



Metrotvnews.com, Manchester: Setelah Gary dan Phil Neville, juga Rafael dan Fabio Da Silva, Manchester United mungkin akan memiliki pemain kembar lagi. Pemain yang sedang diincar itu adalah Alex dan Andre Santos, pemain kembar dari Brasil.

Kedua pemain tersebut bermain untuk klub Eredivisie Belanda Vitesse Arnhem. Namun, sejauh ini belum mendapat kesempatan tampil untuk tim utama.

Kabar dari Brasil mengungkapkan, pencari bakat United sudah memantau perkembangan dua pemain berusia 19 tahun tersebut. Pihak United siap mengambil langkah kongkret jika keduanya menunjukkan penampilan konsisten dan menjanjikan dalam masa pemantauan pemandu bakat United.(Goal/****)

10 sejarah buruk timnas indonesia



1. Mogok di debut regional, vs Thailand 1-1, SEA Games 1977
Untuk kali pertama Indonesia berpartisipasi di pesta olahraga negara Asia Tenggara, SEA Games. Di cabang sepakbola, Indonesia disematkan status favorit karena sudah langganan tampil di turnamen antarnegara seperti Merdeka Games, Piala Raja Thailand, atau Piala Presiden Korea Selatan. Status favorit kian lantang ketika Indonesia mampu mengalahkan tuan rumah Malaysia 2-1 pada laga debut SEA Games. Setelah laga itu, skuad Indonesia menuding kubu tuan rumah menerapkan strategi tidak sportif dengan jadwal ketat. Puncaknya terjadi ketika di laga semi-final Indonesia memprotes kepemimpinan wasit Othman Omar, asal Malaysia, yang dianggap berat sebelah. Pemain Indonesia berkelahi dengan Thailand dan wasit menghentikan pertandingan pada menit ke-60 pada kedudukan 1-1. Indonesia menolak melanjutkan laga sehingga panitia memberikan kemenangan kepada Thailand. Indonesia pun melanjutkan protes dengan mogok bertanding pada pertandingan perebutan medali perunggu melawan Burma.

2. Super-Mokh membungkam Senayan, vs Malaysia 0-1, SEA Games 1979
Setelah kasus mogok pada partisipasi debut, Indonesia berhasil melaju ke babak puncak SEA Games 1979 yang digelar di kandang sendiri. Ratusan ribu pasang mata memadati Senayan berharap Indonesia mampu melengkapi gelar juara umum dengan medali emas cabang primadona, sepakbola. Apalagi musuh di laga puncak adalah seteru abadi, Malaysia. Harapan masyarakat Indonesia musnah di kaki penyerang legendaris Harimau Malaya, Mokhtar Dahari. Memanfaatkan kecerobohan Ronny Pattinasarany, pemain berjuluk Super-Mokh itu berhasil membobol gawang Ronny Paslah pada menit ke-21. Indonesia gagal membalas sepanjang sisa pertandingan dan rivalitas dua negara tetangga ini pun kian dalam.


3. Raksasa melawan liliput, vs Fiji 3-3, Kualifikasi Piala Dunia 1982
Indonesia tak mampu mengalahkan Fiji, negara seukuran provinsi Nusa Tenggara Barat, dalam dua pertemuan pada kualifikasi Piala Dunia 1982. Tergabung di Sub Grup A kualifikasi Piala Dunia 1982 bersama Selandia Baru, Australia, Taiwan, dan Fiji, Indonesia nyaris saja terhempas menjadi juru kunci. Hasil buruk dibukukan pada empat laga pertama ketika dibekuk Selandia Baru 2-0 dan 5-0, kandang dan tandang, menyerah 2-0 dari Australia di Melbourne, dan bermain imbang 0-0 melawan tuan rumah Fiji. PSSI memutuskan mengganti pelatih Harry Tjong dengan Endang Witarsa. Di Senayan, dua hari sebelum melawan Fiji, seperti dilansir Tempo, manajer Syarnoebi Said akan menyuruh pemain Indonesia bersumpah guna menepis kecurigaan kemungkinan disuap. Di lapangan, Indonesia sempat unggul 3-1 sebelum akhirnya disamakan 3-3 oleh Fiji hingga pertandingan berakhir. Beruntung Indonesia selamat dari posisi juru kunci setelah menaklukkan Australia 1-0 pada laga pamungkas yang sudah tidak menentukan.

4. Antiklimaks Garuda 1, vs Thailand 0-7, SEA Games 1985
Hanya empat bulan setelah sukses menjuarai Sub Grup B kualifikasi Piala Dunia 1986 dan hanya kalah dari Korea Selatan yang lolos ke Meksiko, Indonesia tidak tampil dengan standar yang sama di SEA Games di Thailand. Padahal Indonesia tampil dengan sisa-sisa skuad Garuda 1 yang berlatih khusus di Brasil. Bedanya, Bertje Matulapelwa ditunjuk menjadi pelatih menggantikan Sinyo Aliandoe. Pada partisipasi kali ini, Indonesia hanya mampu bermain imbang sekali dalam empat pertandingan. Puncaknya adalah kekalahan telak 7-0 dari tuan rumah Thailand di semi-final. Usai SEA Games, Bertje tetap dipercaya PSSI menangani timnas. Seperti diketahui, Bertje kemudian sukses membawa Indonesia menempati peringkat keempat Asian Games 1986. Kegagalan SEA Games rupanya menjadi pelecut Indonesia untuk melaju jauh di Asian Games dan kemudian sukses menjuarai SEA Games 1987 yang digelar di Jakarta.

5. Gol bunuh diri Mursyid Effendy, vs Thailand 2-3, Piala Tiger 1998
Untuk menghindari tuan rumah sekaligus favorit Vietnam di semi-final, Indonesia dan Thailand "menolak" menang pada pertandingan terakhir babak penyisihan Grup A. Kedua tim sudah dipastikan lolos ke semi-final, tetapi hasil imbang saja sudah cukup bagi Thailand untuk menempati posisi runner-up dan terhindar dari laga melawan Vietnam. Ketidakseriusan memuncak usai jeda. Indonesia memimpin dua kali sebelum selalu disamakan Thailand. Puncaknya, pada menit ke-90 Mursyid Effendi melesakkan bola ke dalam gawang sendiri! Thailand menang 3-2 dan berhadapan dengan Vietnam di semi-final. Ketua Umum PSSI Azwar Anas menyambut kepulangan timnas di bandara dan sambil berlinang air mata menyatakan pengunduran diri karena insiden memalukan itu. Setelahnya, Mursyid juga mendapat sanksi larangan bermain untuk timnas seumur hidup oleh FIFA.

6. Antiklimaks di Negeri Tirai Bambu, vs Cina 0-5, Piala Asia 2004
Bersama pelatih Bulgaria yang senantiasa didampingi penerjemah bahasa Indonesia, Ivan Kolev, membawa Garuda mengejutkan Asia dengan menundukkan Qatar 2-1 pada laga perdana Grup A Piala Asia 2004. Hasil tersebut menyebabkan Qatar memecat pelatih Philippe Troussier. Optimisme pun melambung karena minimal Indonesia membutuhkan satu poin tambahan melawan Cina dan Bahrain pada dua laga susulan. Nyatanya, Indonesia tampil lesu pada laga kedua menghadapi tuan rumah Cina. Alex Pulalo mendapat kartu merah pada menit ke-29 dan Garuda menyerah 5-0. Pada laga terakhir Indonesia dikalahkan Bahrain 3-1 dan gagal masuk delapan besar. Kolev kemudian tidak melanjutkan tugas sebagai pelatih dan digantikan oleh Peter Withe untuk Piala AFF tahun yang sama. Tim besutan Withe, dengan mengandalkan bintang baru seperti Boaz Solossa dan Ilham Jayakesuma, tampil mempesona di turnamen tersebut.

7. Blunder Garuda Muda, vs Suriah 0-7, kualifikasi Piala Dunia 2010
Gairah publik meningkat setelah penampilan Indonesia di Piala Asia 2007 yang terbilang memuaskan meski gagal lolos ke babak perempat-final. Semangat melaju jauh di kualifikasi Piala Dunia pun mengapung ketika berhadapan dengan Suriah di babak eliminasi. Apa lacur, 9 November, Indonesia harus mengakui keunggulan tim tamu 4-1. Merasa tak lagi punya peluang, Indonesia mengirimkan tim U-23 yang disiapkan mengikuti SEA Games 2007. Kebijakan itu terbukti menjadi blunder. Garuda Muda menyerah 7-0 di Damaskus dan gagal total di Nakhon Rachasima, Thailand. Pelatih Ivan Kolev yang dipuja-puja saat Piala Asia pun sontak kehilangan kepercayaan PSSI dan digantikan dengan Benny Dollo di awal 2008.

8. Tersandung di Bukit Jalil, vs Malaysia 0-3, leg pertama final Piala AFF 2010
Sejengkal lagi perjuangan Indonesia mengakhiri puasa gelar sejak 1991 akan terwujud di Piala AFF 2010. Indonesia selalu menang dalam tiga pertandingan penyisihan grup dan dua laga semi-final melawan tim kejutan Filipina. Lawan di laga puncak adalah Malaysia, tim muda yang ditelan 5-1 pada laga pembuka di Senayan. Dengan segala sorotan dan eksploitasi terhadap tim asuhan Alfred Riedl, termasuk dengan kegiatan tim mengikuti pengajian sebelum laga final, Indonesia tersandung di Bukit Jalil. Malaysia mengejutkan dengan kemenangan 3-0 dan hasil itu hanya mampu dibalas 2-1 pada laga kedua di Senayan beberapa hari berselang. Harapan publik untuk berprestasi pun kembali pupus. Enam bulan setelah turnamen, terjadi pergantian kepemimpinan PSSI dan Riedl secara kontroversial dipecat untuk digantikan dengan Wim Rijsbergen.

9. Skandal Senayan, vs Yugoslavia Selection 2-3, Laga eksebisi
Almarhum Tony Pogacnik tercenung setiap kali ditanya wartawan tentang peristiwa memalukan yang terjadi di tengah persiapan Indonesia menghadapi Asian Games 1962 di negeri sendiri. Persiapan untuk cabang sepakbola digelar serius dengan menggelar pelatnas dan membentuk dua tim, Banteng dan Garuda. Sejumlah laga ujicoba digelar, antara lain menghadapi Torpedo Moskwa dan Yugoslavia Selection. Pada kekalahan 3-2 melawan Yugoslavia Selection disinyalir sejumlah pemain timnas menerima suap. Pogacnik bahkan sampai berlinang air mata ketika kepolisian memeriksa dan menahan beberapa pemain atas tuduhan tersebut. Pada akhirnya, Pogacnik terpaksa membentuk tim yang sama sekali baru. Di Asian Games, Indonesia gagal terbang tinggi dan tersisih di penyisihan grup.

10. Tragedi Manama, vs Bahrain 0-10, Kualifikasi Piala Dunia 2014
Terakhir, tentu saja hasil yang baru saja terjadi di pertandingan terakhir kualifikasi menuju Brasil 2014. Tak lagi punya peluang, ditambah dengan masalah dualisme kompetisi, PSSI memberangkatkan tim yang hanya diisi para pemain dari kompetisi legal. Wim Rijsbergen tidak lagi menjadi pelatih dan Aji Santoso dipercaya menukangi tim. Hasil buruk rupanya merusak laga debut Aji serta sebagian besar para pemain di ajang internasional. Kekalahan 10-0 di Manama ini merupakan yang terbesar dialami Indonesia sepanjang sejarah, melampaui rekor 9-0 ketika dikalahkan Denmark pada 1974.



Catatan buruk ini bukan untuk menghujat timnas INONESIA tapi untuk memotivasi agar dapat terus bersinar di persepakbolaan internasional suatu saat nanti!


Sumber : Goal.com